Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu menjelaskan bawa tim negosiasi sudah mencatat yang menjadi keluhan-keluhan dari perusahaan-perusahaan AS yang tercatat dalam United States Trade Representative.
“Dan kita sudah bisa memberi berbagai jawaban maupun kita juga tentunya akan menyampaikan apa harapan kita dari Amerika ya, jadi tidak mudah-mudahan tidak satu arah saja. Tetapi juga yang dilakukan oleh negara lain, bukan hanya Indonesia,kita juga menawarkan untuk membeli lebih banyak dari Amerika,” ujar Mari dalam wawancara bersama Squawk Box CNBC Indonesia dikutip Senin (14/4/2025).
Mari pun menjelaskan bahwa tim juga akan melakukan beberapa negosiasi dengan berdialog untuk mencarikan solusi. Pasalnya, adanya penetapan tarif impor diberlakukan kepada negara-negara yang mendapatkan surplus perdagangan dari AS.
“Kita ingin berdiskusi, ingin berdialog untuk mencari solusi menurunkan defisit antara kedua belah pihak dengan tentunya harapan bahwa solusinya itu sama-sama menguntungkan,” ujarnya.
Dalam konferensi pers hari ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, delegasi yang akan berangkat untuk negosiasi itu ialah Menteri Luar Negeri Sugiono yang telah berangkat hari ini. Lalu, mulai besok ialah Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu serta Airlangga sendiri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandoni juga kata Airlangga menjadi bagian dari delegasi yang akan berangkat ke AS untuk negosiasi tarif. Sri Mulyani juga diagendakan hadir Spring Meeting IMF-World Bank di Washington DC, AS.
“Kami akan ketemu dengan USTR, Secretary of Commerce, Menteri Secertary of State, fan Secretary of Treasury,” ucap Airlangga saat konferensi pers hasil rapat koordinasi teknis terbatas di kantornya, Senin (14/4/2025).
Airlangga mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat kesempatan pertama diajak negosiasi tarif dengan pemerintahan Trumo 2.0. Jadwal negosiasi mulai 16 April pun kata dia hasil kiriman surat pemerintah RI ke AS beberapa waktu lalu.
“Jadi Indonesia salah satu negara yang mendapat kesempatan pertama diundang ke Washington DC. Jadi ini tentu berdasarkan apa yang sudah disampaikan pemerintah,” tegasnya.
Suhartini mengungkapkan, bahwa perjalanan membangun usaha tidaklah mudah. Ia harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan modal hingga persaingan di industri kuliner yang semakin ketat.
Namun, dengan tekad yang kuat dan keinginannya untuk terus belajar, ia berhasil mengatasi setiap hambatan yang ada.
“Saya memulai usaha ini dengan peralatan sederhana dan modal terbatas. Namun, saya percaya bahwa dengan inovasi dan manajemen keuangan yang baik, usaha ini bisa terus berkembang,” ujar Suhartini dikutip Minggu (13/4/2025).
Salah satu kunci keberhasilan bisnisnya adalah kemampuan dalam mengelola keuangan dan memperluas jaringan pasar. Dengan pencatatan keuangan yang lebih rapi dan pemahaman terhadap strategi pemasaran digital, Suhartini kini mampu menjangkau banyak pelanggan dan meningkatkan omzet usahanya secara signifikan.
“Dulu saya hanya mengandalkan penjualan dari mulut ke mulut, tetapi sekarang saya sudah memanfaatkan media sosial dan marketplace untuk memperluas jangkauan pasar. Hasilnya sangat terasa dalam peningkatan jumlah pesanan,” tambahnya.
Selain itu, Suhartini juga memanfaatkan berbagai program pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas bisnisnya. Salah satunya dengan mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025.
Dalam acara tersebut, Suhartini mendapatkan wawasan baru tentang strategi bisnis dan manajemen keuangan yang lebih baik, serta kesempatan untuk memperluas jaringannya dengan pelaku usaha lain.
Seperti diketahui, BRI sukses menyelenggarakan BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang resmi ditutup pada Minggu, 2 Februari 2025. Melalui inisiatif strategis ini, BRI berkomitmen mendorong UMKM binaan yang naik kelas dan berhasil menjangkau pasar internasional.
Acara yang berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City tersebut dihadiri oleh lebih dari 69 ribu pengunjung, mencatatkan transaksi lebih dari Rp 40 miliar, dan merealisasikan kontrak ekspor mencapai US$ 90,6 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.
Keberhasilan Suhartini dalam membangun Tien Cakes and Cookies menjadi bukti bahwa dengan kerja keras, kreativitas, dan pemanfaatan teknologi yang tepat, UMKM dapat berkembang dan berdaya saing. Ia berharap kisahnya dapat menginspirasi pelaku usaha lain untuk terus berinovasi dan tidak takut menghadapi tantangan.
Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi menegaskan bahwa BRI terus berkomitmen mendukung pertumbuhan UMKM seperti yang dilakukan oleh Suhartini.
“Kami melihat banyak pengusaha UMKM seperti Suhartini yang memiliki potensi besar untuk berkembang. BRI hadir untuk memberikan solusi pembiayaan dan pendampingan agar mereka bisa naik kelas dan semakin berdaya saing,” ujar Hendy.
“BRI senantiasa menghadirkan inovasi layanan dan pendampingan bagi UMKM, guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan bagi pengusaha di seluruh Indonesia,” pungkas dia.
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menutup mata terhadap hal-hal penting yang sebenarnya penting diperhatikan. Memulai hubungan baru memang terasa menyenangkan, semua tampak indah, penuh perhatian, dan dunia serasa milik berdua. Namun, di balik euforia tersebut, penting untuk seseorang tetap waspada.
Mengutip, beautynesia.id, Sabtu (12/4/2025) fase awal dalam suatu hubungan adalah momen penting untuk melihat apakah dia benar-benar pasangan yang tepat atau justru sebaliknya.
Jangan sampai rasa cinta yang menggebu-gebu membuatmu mengabaikan tanda-tanda bahwa kamu telah salah memilih pasangan. Berikut beberapa hal yang harus kamu perhatikan sejak awal apakah mungkin kamu telah salah memilih pasangan:
1. Komunikasi Tidak Lancar
Sebuah hubungan yang sehat dibangun di atas komunikasi yang baik. Jika sejak awal dia sulit diajak berbicara serius, sering menghindari pembahasan penting, atau bahkan kamu merasa takut untuk menyampaikan pendapatmu, ini bisa menjadi tanda buruk. Hubungan yang baik seharusnya membuatmu nyaman untuk berbicara tentang apa pun, bukan justru merasa canggung atau khawatir dengan reaksinya.
2. Dia Tidak Konsisten
Di awal hubungan, kebanyakan orang akan menunjukkan sisi terbaiknya. Namun, jika dalam beberapa waktu kamu sudah melihat dia sering tidak menepati janji, berubah-ubah sikap, atau memberi perhatian hanya ketika dia sedang ingin saja, maka ini bisa menjadi tanda bahaya. Pasangan yang serius akan berusaha untuk menunjukkan konsistensi, baik dalam sikap maupun perhatiannya.
3. Kamu Merasa Harus Berjuang Sendirian
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang berjalan dua arah. Jika sejak awal kamu merasa selalu berusaha lebih keras untuk mempertahankan hubungan, sementara dia terlihat santai dan tidak banyak berkontribusi, maka ini bisa menjadi pertanda bahwa dia bukan pasangan yang tepat. Seharusnya, hubungan membuatmu merasa dicintai dan dihargai, bukan malah merasa lelah sendirian.
4. Ada Sifat yang Mengganggumu, Tapi Kamu Berharap Dia Akan Berubah
Kita semua punya kekurangan, dan menerima pasangan apa adanya memang penting. Namun, jika sejak awal kamu sudah melihat sifatnya yang kasar, egois, atau tidak bisa menghargai orang lain, lalu kamu berpikir bahwa dia akan berubah seiring waktu, maka ini adalah kesalahan besar. Jangan berharap bisa mengubah seseorang yang bahkan tidak memiliki keinginan untuk berubah sendiri.
5. Dia Tidak Menghargai Batasan dan Privasimu
Di awal hubungan, mungkin kamu berpikir wajar jika pasangan ingin tahu banyak hal tentangmu. Namun, jika dia mulai terlalu mengontrol, sering mengecek ponselmu tanpa izin, atau marah saat kamu ingin menghabiskan waktu sendiri, ini adalah tanda hubungan yang tidak sehat. Pasangan yang baik akan menghargai batasan dan privasi kamu, bukan membuatmu merasa terkekang.
6. Orang Terdekatmu Sudah Memberi Peringatan
Terkadang, orang-orang terdekat seperti sahabat atau keluarga bisa melihat sesuatu yang tidak kamu sadari karena kamu sedang dimabuk cinta. Jika mereka sudah memberi peringatan atau mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan pasanganmu, jangan abaikan begitu saja. Bisa jadi, mereka melihat sesuatu yang kamu lewatkan.
7. Kamu Sering Merasa Tidak Bahagia
Meskipun hubungan masih baru, perasaanmu sendiri adalah indikator terbaik. Jika kamu sering merasa gelisah, tidak dihargai, atau bahkan lebih sering sedih daripada bahagia, mungkin ini saatnya untuk berpikir ulang. Hubungan seharusnya membawa kebahagiaan, bukan membuatmu merasa tertekan sejak awal.
Memilih pasangan bukanlah hal yang sepele. Jika sejak awal sudah banyak tanda dia bukan orang yang tepat, jangan takut untuk mengambil keputusan sebelum semuanya menjadi lebih sulit.
Sungguh cobaan yang begitu berat baginya apalagi sudah hampir setahun Kiki tidak lagi ditemani ayahnya yang merupakan penopang ekonomi di keluarga. Hanya ada Teti Yenti (52), sang ibu yang ikut bersama Kiki menjemput kesembuhan di Jakarta.
“Di Riau dia dioperasi kalau nggak salah 8 kali. Karena dokter nggak ada alat jadi dirujuk ke RSCM.Di RSCM-nya 2018. Sampai sekarang operasinya udah 16 kali. Kemo udah 12 kali,” jelas Yeti kepada tim berbuatbaik.id di rumah singgah di bilangan Jakarta Pusat.
Yeti mengisahkan awal mula anak bungsunya itu mengalami kerapuhan tulang. Di umurnya yang masih balita, Kiki sudah mengalami patah tulang dan terus terulang.
“Mau penyembuhan, udah 3 bulan patah lagi. Patah paha kanan, paha kiri gitu. Terus sekarang punggung ada yang 3 ruas patah,” jelas Yeti.
Kiki juga harus menjalani serangkaian kemoterapi agar tulangnya padat karena jika salah gerak sedikit, tulang Kiki bisa patah. Bahkan alasannya bisa sangat sepele, seperti hendak duduk atau menggeser badannya.
“Kemarin aja buka puasa. Mau turun dari kursi, patah. Terus kadang mau ngensot, dia kan ngensot, patah juga bisa. Saya heran. Jadi dokter bilang dia itu tulangnya rapuh memang,” sambungnya.
Kelainan tulang ini bukan hanya terjadi pada Kiki tetapi anak sulungnya namun kondisinya tidak terlalu parah. Perekonomian keluarga ini pun semakin rapuh saat sang ayah meninggal dunia.
Sehingga seluruh kebutuhan keluarga dipenuhi oleh anak ketiga Yeti yang bekerja sebagai kasir di minimarket. Apalagi sudah tidak ada rumah untuk didiami karena sudah dijual untuk kebutuhan selama di Jakarta.
Meskipun belum ada jaminan kesembuhan untuk Kiki dari tim dokter, namun keluarga Kiki menolak menyerah. Apalagi pesan ini disampaikan sebagai wasiat oleh bapak Kiki.
“Soalnya dulu bapak kan udah berjuang waktu dia masih hidup kan, mungkin dia mau sampai di sebuah jalan. Karena di sini kita kan sama-sama berjuang di rumah singgah ini kan. Begitulah, begitu semangat teman-teman,” ucapnya optimis.
Apalagi Kiki juga tetap semangat menjalani semua prosedur dan terapi untuk menjemput kesembuhannya. Kiki menambahkan mimpinya hanya satu agar dia bisa berjalan dan bersekolah suatu saat nanti.
“Ya pengennya jalan seperti orang normal aja pengen sekolah, terus kalau bisa inginnya bawa mama ke Mekah,” harap Kiki.
Sahabat Baik, tiada yang lebih berarti dari perjuangan ibu untuk buah hati. Tujuannya hanya satu melihat yang tersayang bisa berjalan.
Kamu bisa menjadi bagian dari jalan perjuangan Kiki dengan mulai DONASI sekarang juga di berbuatbaik.id. Hanya di berbuatbaik.id, seluruh kebaikanmu tersampaikan sempurna.
Trump pada Rabu (9/5/2025) waktu setempat mengumumkan penundaan sementara selama 90 hari atas tarif tinggi yang baru saja diberlakukannya terhadap puluhan negara, kecuali untuk China yang justru dinaikkan menjadi 125%.
Langkah mundur ini terjadi kurang dari 24 jam setelah tarif tinggi tersebut resmi diberlakukan. Keputusan Trump dilatarbelakangi oleh gejolak pasar yang sangat dramatis – volatilitas paling tajam sejak masa-masa awal pandemi Covid-19.
Trump dikenal kerap mengeluarkan ancaman tarif terhadap mitra dagang, namun seringkali mencabutnya secara mendadak. Pola kebijakan yang berubah-ubah ini membingungkan para pemimpin dunia dan membuat para pelaku usaha kewalahan menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Dalam pernyataan terbarunya, Trump menyebut tarif terhadap negara-negara tertentu akan ditangguhkan selama tiga bulan ke depan, memberi waktu bagi para pejabat AS untuk melakukan negosiasi dengan mitra dagang yang mengajukan permohonan pengurangan tarif.
Indonesia Memilih Tak Melawan
Pemerintah Indonesia sejak awal sudah dalam posisi untuk tidak merencanakan retaliasi. Indonesia memilih jalur negosiasi dan mendorong skema Trade and Investment Framework Agreement (TIFA). Indonesia melihat AS sebagai Mitra Strategis untuk penguatan perdagangan dunia yang lebih adil,
Presiden Prabowo Subianto mengungkapan bakal perundingan dengan Amerika Serikat. Ia juga tidak khawatir dengan adanya pengenaan tarif Trump.
“Yang terakhir perang dagang, kita juga kena, tapi kita tenang. Kita punya kekuatan juga nanti akan berunding. Kita akan berunding dengan semua negara, kita akan juga buka perundingan sama Amerika,” ungkap Prabowo saat panen raya di Majalengka, Jawa Barat, Senin (7/4/2025).
Ia juga menghormati keputusan pemerintah AS, yang tengah mementingkan nasib rakyatnya.
“Jadi kita tidak ada masalah. Resiprokal, apa yang mereka minta, kalau masuk akal, wajib juga kita hormati,” kata Prabowo. https://datawrapper.dwcdn.net/La4bB/1/
RI Harus Gunakan “Senjata” Baru Genjot Ekspor
Prabowo juga meminta kepada semua kalangan untuk memperluas pasar ekspor sehingga ketergantungan dengan AS bisa berkurang. Terlebih, indonesia memiliki banyak produk unggulan. Beberapa produk ekspor unggulan RI (Apparels dan Footwear), berpeluang besar melakukan penetrasi pasar, karena memiliki tarif lebih rendah (32%) dari negara peers Vietnam (46%), Banglades (37%), Kamboja (49%).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US$26,36 miliar pada 2024, dengan lebih dari 66% berasal dari 10 komoditas utama mulai dari alas kaki, garmen, hingga produk elektronik. Sebagian besar dari produk tersebut kini terancam oleh tarif baru yang memperbesar beban biaya masuk.
Sepatu misalnya, menempati posisi krusial dengan ekspor senilai US$1,99 miliar (gabungan HS 6403 dan 6404) dan lebih dari 30% pangsa pasarnya ditujukan ke AS. Tarif sebelumnya yang berkisar 10-25% kini melonjak menjadi 32-37%, menekan margin produsen lokal.
Elektronik dan alat komunikasi sektor ekspor terbesar kedua RI ke AS juga terdampak. Ekspor mesin listrik dan perangkat telekomunikasi (HS 8543 dan 8517) mencapai hampir US$2 miliar, dengan konsentrasi ke AS melebihi 60%. Produk-produk ini sebelumnya menikmati tarif rendah atau bebas bea, namun kini harus menanggung tambahan 32%, mengikis daya saing harga Indonesia dibanding negara pesaing.
Dampaknya tak berhenti di angka ekspor. Industri padat karya yang menopang jutaan tenaga kerja seperti alas kaki dan tekstil berpotensi menghadapi tekanan produksi dan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) jika pesanan dari AS anjlok signifikan.
Meskipun dikenakan tarif 32%, beban ini masih lebih ringan dibanding negara pesaing utama di sektor yang sama. China dan Kamboja, misalnya, kini harus menghadapi tarif hingga 54% dan 49%, sementara Vietnam dibebani 46%.
Artinya, secara relatif, produk alas kaki dan pakaian asal Indonesia kini berada dalam posisi lebih kompetitif dari sisi tarif.
Data ekspor HS61 (apparels) menunjukkan pangsa pasar Indonesia ke AS hanya 4,9%, jauh di bawah China (22,4%) dan Vietnam (18%). Jika Indonesia mampu merebut 10% pangsa pasar dari para pesaingnya yang kini terdampak lebih berat, potensi tambahan ekspor mencapai US$6,4 miliar.
Potensi yang sama terlihat di HS64 (alas kaki). Saat China dan Vietnam memegang dominasi dengan pangsa 36,2% dan 32,2%, Indonesia baru menyentuh angka 9,3%. Padahal, kualitas dan kapasitas produksi RI di sektor ini tidak jauh berbeda, bahkan lebih kompetitif dalam hal biaya tenaga kerja dan sumber bahan baku.
Di tengah ketidakpastian, posisi relatif ini justru membuka peluang ekspansi. Perusahaan Indonesia dapat meningkatkan penetrasi pasar dengan memanfaatkan selisih tarif dan menjalin kerja sama jangka panjang dengan buyer di AS yang mencari alternatif pasokan dari negara dengan tarif lebih rendah.
Framework mengumumkan menghentikan penjualan di AS dalam akun X. Perusahaan menjelaskan penundaan itu karena tarif baru yang berlaku mulai 5 April 2025 mendatang.
“Karena tarif baru mulai berlaku tanggal 5 April, kami sementara menghentikan penjualan di AS untuk beberapa sistem dasar Framework Laptop 13 (Ultra 5 125 H dan Ryzen 5 7640U),” kata Framework.
Perusahaan juga menyinggung soal pengenaan tarif laptop yang berasal dari Taiwan. Negara tersebut merupakan tempat produsen semikonduktor TSMC dan pemimpin produksi.
Trump mengenakan tarif yang sama pada awalnya untuk semua negara. Namun kemudian tarif khusus Taiwan melonjak hingga 32%.
Semikonduktor sebenarnya dikecualikan dari kebijakan tarif. Namun barang dengan semikonduktor tetap terkena tarif, artinya produk dari Taiwan akan dibebankan tarif impor Trump.
“Kami menetapkan harga laptop saat tarif impor dari Taiwan 0%. Untuk tarif 10%, kami menjual SKU terendah dengan rugi,” kata Framework.
Penetapan penghentian sementara Framework itu nampaknya karena Taiwan akan melakukan negosiasi lanjutan dengan AS terkait tarif itu. Taiwan sendiri tak menawarkan tarif timbal balik.
PC Gamer menjelaskan karena semua keadaan masih belum pasti, Framework hanya menghentikan penjualan sementara di AS. Dengan harapan model laptopnya bisa dijual kembali di masa depan.
Kejadian ini nampaknya bukan yang pertama terjadi. PC Gamer menuliskan banyak produsen yang mengirimkan barangnya ke AS tengah menghitung ulang biaya produk jika kebijakan tarif tetap dilanjutkan.
Hal ini membuktikan tarif Trump bisa berdampak pada terhambatnya barang elektronik masuk ke AS. Dengan begitu, konsumen terancam makin terbatas dalam memilih barang elektronik. Selain itu, harga jualnya juga bisa melonjak.
Selain itu, menurutnya ekspor furniture RI ke AS juga tidak akan terdampak tarif timbal balik tersebut.
“Ada pengecualian, emas dan tembaga, termasuk furniture tidak dikenakan bea masuk setinggi itu,” ungkap Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Mengapa ketiga produk itu mendapatkan pengecualian tarif resiprokal? Airlangga menyebut, ini dikarenakan perusahaan AS juga memiliki produksi tembaga dan emas di Indonesia. Sementara untuk furniture karena mereka harus mencari alternatif sumber baku lain selain dari Kanada.
“Kenapa dikecualikan? karena timber (kayo) mereka sedang perang dengan Kanada, jadi mereka cari alternatif lain dan juga copper dan gold karena mereka juga ada produksi di Indonesia,” tandasnya.
Seperti diketahui, Indonesia dikenakan tarif resiprokal 32% oleh Pemerintahan Donald Trump, yang diumumkan pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat.
Mengutip lembar fakta dari Gedung Putih, ada enam jenis barang yang tidak kenakan tarif resiprokal tersebut, antara lain:
(1) barang yang dikenakan 50 USC 1702(b) (2) barang dari baja/aluminium dan mobil/suku cadang mobil yang sudah dikenakan tarif Section 232 (3) barang terkait tembaga, farmasi, semikonduktor, dan kayu (4) semua barang yang mungkin dikenakan tarif Section 232 di masa mendatang (5) emas batangan (6) energi serta mineral tertentu lainnya yang tidak tersedia di Amerika Serikat.
Adapun khusus Kanada dan Meksiko, menurut perintah International Emergency Economic Powers Act of 1977 (IEEPA) terkait migrasi yang ada tetap berlaku, dan tidak terpengaruh aturan baru ini.
Artinya, barang yang memenuhi ketentuan USMCA akan tetap dikenakan tarif 0%, barang yang tidak memenuhi ketentuan USMCA akan dikenakan tarif 25%, dan energi serta kalium yang tidak memenuhi ketentuan USMCA akan dikenakan tarif 10%.
Namun jika perintah IEEPA terkait fentanyl/migrasi yang ada dihentikan, barang yang memenuhi ketentuan USMCA akan tetap mendapatkan perlakuan khusus, sedangkan barang yang tidak memenuhi ketentuan USMCA akan dikenakan tarif timbal balik sebesar 12%.
Dalam rangka mendukung kelancaran arus balik Lebaran 2025, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mendirikan Posko Mudik BUMN di sejumlah titik perjalanan arus balik periode lebaran 2025. Di antaranya berlokasi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Yogyakarta International Airport dan Rest Area Tol Gempol Pasuruan KM 792 arah Jakarta, Jawa Timur, serta Rest Area Tol Solo – Ngawi.
BRI mengoperasikan Posko Mudik BUMN dalam rangka melayani arus balik pada 5-8 April 2025. Sementara itu, fasilitas yang disiapkan di Posko Mudik BUMN antara lain cek kesehatan gratis dan obat-obatan gratis, penyediaan makanan/minuman, area bermain anak (playground) serta ruang istirahat.
Terkait dengan hal tersebut, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengungkapkan, pendirian Posko Mudik BUMN untuk melayani arus balik merupakan upaya nyata BRI sebagai perusahaan BUMN dalam mendukung kelancaran arus balik lebaran 2025.
“Setelah Arus Mudik kemarin berjalan lancar, BRI juga terus berupaya mendukung kelancaran arus balik bagi pemudik. Masyarakat yang melaksanakan kegiatan arus balik silahkan memanfaatkan Posko Mudik Bersama yang telah kami sediakan dan kami harap masyarakat bisa melaksanakan arus balik dengan aman dan nyaman,” ungkap Hendy dalam keterangan tertulis, Minggu (7/4/2025).
BRI sebagai salah satu BUMN terbesar di Indonesia terus berperan aktif dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Selain itu, BRI juga terus berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung upaya pemerintah dalam menyukseskan pelaksanaan arus mudik dan arus balik lebaran 2025.
Sebelumnya, pada periode 27-29 Maret 2025, BRI telah mendirikan Posko Mudik Bersama BUMN di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Yogyakarta International Airport dan Rest Area Tol Gempol Pasuruan KM 792, Jawa Timur serta Rest Area Tol Solo-Ngawi.
Tak hanya membangun Posko Mudik BUMN, BRI Group juga telah memberangkatkan 8.482 pemudik dengan 170 bus ke berbagai kota di Pulau Jawa dan Sumatera. Terkait itu, BRI mengakomodasi 5.000 pemudik dengan 100 bus, sementara anak perusahaannya, PNM melayani 282 pemudik dengan 6 bus, dan Pegadaian menyiapkan 64 bus untuk 3.200 pemudik.
Sebelumnya, pada penutupan perdagangan 27 Maret 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat sebesar 0,59% ke level 6.510. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 14 Maret 2025.
Apresiasi IHSG ini telah terjadi selama tiga hari beruntun atau sejak 25 Maret 2025.
Selama libur lebaran 2025 kali ini (28 Maret – 4 April 2025), pasar saham Indonesia terpantau tutup atau tidak mengalami pergerakan. Hal ini berbeda dengan pasar saham di negara lainnya yang mengalami pergerakan.
Berdasarkan data sepanjang 27 Maret – 4 April 2025, pasar saham di negara lainnya tampak mengalami penurunan yang bervariasi. Pasar saham di beberapa negara turun tak sampai satu persen, seperti Filipina dan Shanghai (China), namun di Amerika Serikat (AS) terpantau ambles sekitar 9-12%.
Secara umum, bursa saham tertekan akibat kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump serta balasan China atas tarif tersebut. Hal ini bisa memicu perang dagang global yang bisa mengarah pada resesi.
Bursa jatuh setelah Kementerian Perdagangan China menyatakan pada Jumat (4/4/2025) bahwa mereka akan memberlakukan tarif sebesar 34% pada semua produk AS. Pernyataan ini mengecewakan para investor yang sebelumnya berharap kedua negara akan berunding terlebih dahulu sebelum mengambil langkah balasan.
Selain itu, Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, melonjak ke atas angka 40, level ekstrem yang biasanya hanya terlihat saat penurunan pasar yang sangat cepat.
Ketakutan investor ini terkait erat dengan kebijakan Trump.
Trump tampaknya tetap bersikukuh di tengah reaksi negatif pasar terhadap gelombang tarifnya yang diumumkan pada Rabu kemarin. Di Truth Social pada hari Jumat, ia menulis bahwa “kebijakan saya tidak akan pernah berubah.”
“Ketakutannya sekarang menjelang akhir pekan adalah bahwa perang dagang akan terus meningkat, dan AS tidak akan mundur,” kata Jay Woods, kepala strategi global di Freedom Capital Markets, kepada CNBC International.
Potensi resesi bukanlah hal yang paling dikhawatirkan oleh Jurrien Timmer dari Fidelity, dibandingkan dengan konsekuensi dari rotasi besar-besaran keluar dari saham teknologi raksasa ‘Magnificent Seven’.
“Pasar saat ini sangat berat di atas, sehingga jika kita mulai melihat rotasi sekuler dari Mag 7 ke segmen lain (terutama saham di luar AS), maka dampaknya bisa jauh lebih dalam dibandingkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri,” tulis Timmer, Direktur Global Macro di Fidelity, dalam sebuah unggahan di platform X pada Jumat.
“Lanskap risiko/imbal hasil saat ini sangat timpang dan condong ke saham mega-grower (perusahaan dengan pertumbuhan besar), hingga bisa menjadi peristiwa sistemik bagi pasar. Akan ada banyak hal yang harus dikejar jika Mag 7 kembali sejajar dengan ACWI ex-US,” tambahnya.
Awalnya, sebagai anak Raja Chulalongkron atau Rama V, Paribatra hidup bergelimang harta di istana. Saat sudah dewasa dia diberi posisi khusus di pemerintahan. Dalam Thailand: A Short History (2004) diketahui, dia sempat menjadi Panglima Angkatan Laut, Menteri Dalam Negeri, dan penasehat raja. Akan tetapi, semua posisi dan keistimewaan itu berakhir pada 24 Juni 1932. Kudeta di kerajaan sukses menggulingkan kekuasaan Rama V. Paribatra yang jadi bagian kerajaan, baik secara politik atau biologis, praktis terdampak kudeta. Dia harus angkat kaki dari istana. Alias terusir dari rumah yang 50 tahun ditempati.
Ketika tragedi terjadi, dia bingung hendak tinggal di mana. Awalnya memilih pergi ke Eropa, tapi sejarah kemudian mencatatnya berbeda. Anak ke-33 Raja Rama V itu kemudian memutuskan tinggal di Hindia Belanda pada Agustus 1932. Surat kabar de Indische Courant (6 Agustus 1932) melaporkan, dia tiba di Batavia sebelum akhirnya memilih menetap di kawasan Cipaganti, Bandung. Dia datang bersama istri, 5 anak, dan beberapa orang lain.
Keputusan tinggal di Paris van Java dipilih karena suasana kota itu sesuai dengan dirinya sebagai pensiunan. Dingin, sepi, dan banyak pemandangan alam indah.
Meski dianggap pesakitan di Thailand, Paribatra begitu dihormati di Hindia Belanda. Para pejabat tinggi masih menganggapnya sebagai sosok hebat dan berjasa. Tak heran, dia diberi kebebasan di Bandung.
Harian de Indische Courant (22 Agustus 1933) menuliskan, pejabat Hindia Belanda memberikan tiga rumah besar di Bandung sebagai hunian Paribatra. Kelak, hunian tersebut dimanfaatkan sang pangeran untuk menyalurkan kegiatan terpendamnya: jadi tukang kebun.
Peneliti sejarah Bandung Haryoto Kunto dalam Semerbak Bunga di Bandung Raya (1986) menceritakan, di rumah barunya Paribatra menjadi ahli tanaman anggrek.
Sehari-hari dia menjadi tukang kebun hingga sukses membangun taman indah berbunga di depan rumah. Dari kebun itu pula, Paribatra memperkenalkan bibit anggrek yang kelak disebarluaskan di kawasan Bandung. Mengutip majalah Mooi Indie (1937), dia rela menjadi tukang kebun karena merasa Bandung masih miskin bunga-bunga.
Selain berkebun, Paribatra juga hobi berwisata ke Jawa, Sumatera dan Bali. Setiap kali berlibur, jejak langkah Paribatra selalu jadi sorotan banyak media.
Sepanjang 1933-1938, tercatat dia mengunjungi Malang, Surabaya, Jogja, Bali, Kediri Bogor, Medan, dan sebagainya. Biasanya, Paribatra datang bersama rombongan dan menginap di hotel selama berhari-hari.
Saat mengunjungi Malang, misalnya, koran Soerabaijasch handelsblad (15 Juni 1937) melaporkan, dia dan 12 orang lain diberi fasilitas hotel oleh pejabat lokal. Kemudian, mereka diajak jalan-jalan ke tempat wisata. Atau terkadang juga dia melakukan napak tilas ke beberapa wilayah yang pernah dikunjungi Rama V di Hindia Belanda.
Hidup Paribatra Sukhumbandhu berakhir pada 18 Januari 1944. Dia wafat di usia 62 tahun dan dimakamkan di Bandung. Namun, pada 1948, jenazah Paribatra dipulangkan ke tanah kelahiran untuk dikremasi di Istana Raja, Bangkok.